Fakta tentang penyakit difteri sebenarnya lebih tepat dikatakan mengerikan dibanding menarik, karena difteri adalah penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian.
Ketika difteri menyerang disuatu daerah, ia bisa dengan sangat cepat menyebar dan mewabah. Terlebih jika imunitas orang-orang yang tinggal di daerah tersebut tidak merata.
Di Indonesia sendiri, difteri sebenarnya sudah terbilang langka. Namun karena faktor kesenjangan imunitas itulah kini difteri kembali mengancam.
Untuk menambah wawasan kita semua, kami telah merangkum fakta-fakta tentang penyakit difteri yang dirasa menarik untuk diketahui.
Berikut ini adalah 9 fakta penyakit difteri yang akan mencengangkan Anda:
1. Difteri sangat mematikan: 1 dari 10 penderita difteri akan meninggal
Fakta difteri pertama yang harus Anda tahu adalah penyakit ini merupakan penyakit yang sangat mematikan.
Menurut CDC, 1 dari 10 penderita difteri akan meninggal dunia meskipun sudah mendapatkan perawatan.
Jika tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan, 1 dari 2 penderita difteri akan meninggal dunia.
Kematian pada penderita difteri bisa terjadi karena adanya komplikasi seperti kerusakan otot jantung (myocarditis), kerusakan saraf (polyneuropathy), gagal nafas, dan infeksi paru-paru (pneumonia).
2. Difteri adalah penyakit kuno yang sudah ada sejak berabad-abad silam
Faktanya, difteri adalah penyakit kuno yang sudah berusia ribuan tahun. Difteri pertama kali dideskripsikan secara klinis sekitar abad ke 5 SM oleh Hipocrates.
Karena penyakit ini menyebabkan munculnya selaput tebal di tenggorokan maka ia dinamakan dengan bahasa Yunani “diphthera” yang artinya kulit tebal.
3. Bakteri penyebab difteri juga mengalami infeksi
Fakta penyakit difteri yang ketiga ini cukup menarik.
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri yang bernama Corynebacterium diphteriae.
Bakteri ini sebenarnya tidak berbahaya hingga ia terinfeksi oleh virus (bacteriophage).
Jadi penyakit difteri disebabkan oleh bakteri yang telah terinfeksi virus, sedangkan bakteri difteri yang belum terinfeksi tidak bisa menyebabkan penyakit disebut dengan Corynebacterium diptheriae nontoxigenic.
4. Bakteri difteri adalah mesin molekuler pembunuh
Tahukah Anda jika bakteri Corynebacterium diphtheriae memiliki kemampuan membunuh yang luar biasa?
Bakteri difteri yang telah terinfeksi oleh bacteriophage akan menjadi mesin molekuler penghasil racun bernama exotoxin yang mampu membunuh sel-sel sehat pada jaringan tubuh manusia.
Ini adalah fakta difteri yang cukup mencengangkan, 1 molekul exotoxin saja mampu membunuh 1 sel sehat pada tubuh manusia.
Dan 1 bakteri difteri mampu menghasilkan sekitar 5.000 molekul racun setiap jam.
Coba bayangkan kerusakan yang akan terjadi jika penyakit ini tidak segera mendapatkan pengobatan, tidak heran jika penderitanya bisa mengalami kematian.
Cara paling efektif untuk mengatasi racun difteri adalah dengan menggunakan serum. Baca artikel berikut ini jika Anda tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai serum difteri:
5. 15.520 orang meninggal dunia di Amerika saat terjadi wabah pada tahun 1921
Ini adalah fakta yang cukup mengerikan. Sebelum vaksin difteri ditemukan, penyakit ini merupakan momok menakutkan yang dapat menyebabkan kematian masal.
Pada tahun 1921, Amerika Serikat mencatat terjadi setidaknya 206.000 kasus difteri sepanjang tahun dengan total korban meninggal dunia sebanyak 15.520.
6. Wabah difteri terbesar di dunia terjadi di Rusia dengan 750.000 kasus
Sejarah mencatat kasus wabah difteri terbesar terjadi pada tahun 1950 di Rusia dengan jumlah kasus mencapai 750.000 kasus.
Outbreak difteri di Rusia kembali terjadi sepanjang tahun 1990-1997 dengan 115.000 kasus dan tercatat 3.000 orang meninggal dunia.
7. Imunisasi adalah cara paling efektif untuk mencegah difteri
Imunisasi adalah cara paling efektif mencegah difteri, dan itu adalah fakta.
Masih ada sebagian masyarakat kita yang menganggap jika difteri bisa dicegah dengan menjalankan pola hidup sehat, mengonsumsi vitamin, rajin berolahraga dst.
Memang benar melakukan pola hidup sehat semacam itu sangat baik dan memang sangat dianjurkan.
Akan tetapi hal tersebut tidaklah cukup untuk membuat kita kebal dari serangan difteri.
Bisa dikatakan difteri merupakan penyakit pada level yang berbeda, tanpa adanya kekebalan yang diperoleh dari imunisasi sulit rasanya untuk bisa terhindar ketika penyakit ini datang.
Berikut ini beberapa fakta yang memperkuat pernyataan ini.
Sejak vaksin difteri mulai digunakan tahun 1920an, terjadi penurunan drastis jumlah kasus difteri khususnya di negara-negara maju seperti Amerika Serikat.
Jumlah kasus difteri terus menurun dari 206.000 kasus ditahun 1921 hingga pada tahun 2004-2008 tidak ada lagi kasus difteri di Amerika Serikat.
Imunisasi difteri semakin efektif dan meluas sejak WHO memasukkan vaksin difteri sebagai rekomendasi imunisasi wajib pada tahun 1974.
Terjadi penurunan drastis jumlah kasus difteri di seluruh dunia seiring dengan semakin ratanya penggunaan vaksin, seperti yang terlihat pada grafik berikut:
8. Fakta penyakit difteri di Indonesia: difteri tidak pernah hilang!
Difteri adalah penyakit endemis di negara-negara beriklim hangat (tropis) termasuk Indonesia.
Faktanya penyakit ini tidak pernah hilang, setiap tahun selalu saja muncul kasus difteri di Indonesia.
Sejak tahun 1990an Indonesia telah mengalami beberapa kali KLB difteri.
Terakhir yang mungkin masih jadi perbincangan hangat adalah KLB difteri tahun 2017 lalu yang menyebabkan 948 kasus dengan 44 penderita meninggal dunia.
9. Banyak yang mengira gejala awal difteri sebagai sakit tenggorokan dan demam biasa
Meskipun difteri adalah penyakit yang mematikan, namun terkadang ciri dan gejala awal difteri sulit untuk dikenali.
Orang yang terkena difteri awalnya akan merasakan sakit pada tenggorokan, kadang juga disertai dengan demam.
Gejala ini akan terasa seperti sakit tenggorokan biasa, terutama pada orang dewasa yang fisiknya sudah kuat.
Namun dalam waktu singkat difteri akan mulai menunjukkan gejala-gejala yang khas.
Salah satu ciri yang mudah untuk dikenali adalah munculnya selaput berwarna putih keabu-abuan pada tenggorokan yang dinamakan selaput pseudomembran.
Untuk memudahkan Anda mengenali perbedaan sakit tenggorokan biasa dengan difteri artikel ini mungkin bisa membantu:
***
Bagikan artikel ini di akun sosmed Anda agar yang lain tahu. Sharing is caring!