Imunisasi Difteri Untuk Dewasa Dengan Vaksin Tdap/Td, Perlukah?

Imunisasi difteri untuk orang dewasa berbeda dengan imunisasi difteri pada balita dan anak-anak, baik dari segi vaksin yang diberikan maupun jadwalnya.

Sejak terjadinya KLB difteri di tahun 2017 ini, banyak pihak yang menyarankan agar orang dewasa juga melakukan vaksinasi difteri. Padahal diantara mereka sudah ada yang mendapat imunisasi difteri lengkap sewaktu kecil.

Tentu saja hal ini menjadi pertanyaan, apakah orang dewasa yang sudah mendapat imunisasi DPT lengkap masih harus ikut imunisasi difteri?

Atau, yang harus mendapat imunisasi difteri itu yang DPT nya tidak lengkap atau belum pernah sama sekali saja?

Advertisement

Karena itulah pada kesempatan kali ini kami akan coba berikan penjelasan mengenai imunisasi difteri untuk orang dewasa, kapan waktunya, vaksin apa yang diberi, dan siapa saja yang harus diimunisasi.

Tahukah Anda?

Imunisasi dan vaksinasi adalah 2 istilah yang maknanya berbeda.

Imunisasi adalah upaya untuk memperoleh kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu, baik secara aktif dengan vaksin, maupun secara pasif dengan injeksi serum antibodi.

Sedangkan vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh dengan tujuan untuk memicu tumbuhnya kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.

Agar tidak ambigu, pada artikel ini kita akan menggunakan istilah imunisasi.

Sekilas tentang penyakit difteri

Difteri merupakan penyakit infeksi pernapasan akut berbahaya yang amat menular. Penyebaran difteri ini sangat cepat, karena kuman difteri bisa berpindah dengan mudah melalui udara dari satu penderita kepada orang lain di dekatnya.

Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang dapat menghasilkan racun bernama eksotoksin.

Racun inilah yang sangat berbahaya karena ia dapat merusak dan mematikan sel-sel sehat. Eksotoksin juga dapat menyerang organ-organ lainnya seperti jantung, sistem pernapasan, ginjal, dan sistem saraf.

bahaya bakteri corynebacterium diphtheriae penyebab penyakit difteri yang mewabah

Difteri menular melalui droplet, yakni sekret lendir seperti ludah, dahak, cairan yang bertebaran di udara saat penderita batuk, bersin, atau tertawa dan kemudian terhirup oleh orang lain.

Beberapa gejala difteri yang dapat dikenali diantaranya seperti:

  1. Sakit tenggorokan
  2. Muncul selaput berwarna putih abu-abu pada tenggorokan, amandel, rongga mulut, atau hidung
  3. Demam tidak terlalu tinggi
  4. Pembengkakan pada kelenjar limfa, bisa dilihat dari leher yang membengkak (bull neck)
  5. Suara berubah
  6. Lemas dan menurunnya nafsu makan
  7. Mengeluarkan bunyi saat menarik napas (stridor)
  8. Kesulitan bernapas

Gejala paling khas dari penyakit difteri adalah sakit tenggorokan yang disusul dengan munculnya selaput berwarna putih abu-abu yang bernama selaput pseudomembran.

Agar tidak ragu dalam membedakan antara sakit tenggorokan biasa atau sakit tenggorokan karena difteri, artikel berikut ini mungkin dapat membantu Anda:

Perbedaan Radang Tenggorokan Biasa Dan Difteri

Berikut ini beberapa contoh gambar tenggorokan orang yang terkena difteri:

gambar penyakit difteri pada anak contoh tenggorokan orang yang terkena penyakit difteri

Apakah orang dewasa masih perlu imunisasi difteri?

Ya. Orang dewasa masih perlu melakukan imunisasi difteri. Terutama mereka yang imunisasinya belum lengkap, tidak pernah imunisasi sama sekali, sering melakukan kontak dengan anak-anak, atau mereka yang bertempat tinggal di daerah terjadinya wabah.

Catatan: orang dewasa yang dimaksud adalah yang berusia diatas 19 tahun.

Penyakit difteri memang umumnya menyerang balita dan anak-anak, namun bahaya difteri juga bisa mengancam keselamatan orang dewasa.

Untuk bisa memahami kapan Anda perlu mendapat imunisasi difteri, simak penjelasan berikut.

Di Indonesia, imunisasi difteri termasuk ke dalam program pemerintah yang bernama imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.

jadwal imunisasi difteri untuk anak Indonesia usia berapa yang tepat untuk suntik difteri

Imunisasi difteri diberikan pada imunisasi dasar usia 2, 3, 4 bulan, dan imunisasi lanjutan pada usia 18 bulan, kelas 1,2, dan 5 SD. Kemudian dianjurkan mendapat vaksin booster setiap 10 tahun sekali.

Tabel jadwal imunisasi difteri di Indonesia

UsiaJenis ImunisasiVaksin Yang Diberikan
2 bulanImunisasi dasarDPT-HB-Hib
3 bulanImunisasi dasarDPT-HB-Hib
4 bulanImunisasi dasarDPT-HB-Hib
18 bulanImunisasi lanjutan 1DPT-HB-Hib
Kelas 1 SDImunisasi lanjutan 2DT
Kelas 2 SD Imunisasi lanjutan 2Td
Kelas 5 SDImunisasi lanjutan 2Tdap/Td
18 TahunBoosterTd

Sumber: Jadwal imunisasi difteri anak di Indonesia

Apabila sudah mendapat imunisasi lengkap dengan jadwal ideal seperti di atas (termasuk 1 dosis vaksin Tdap), maka selanjutnya orang dewasa hanya perlu mendapatkan vaksin booster Td setiap 10 tahun sekali.

Booster berguna sebagai penguat. Karena kekebalan terhadap penyakit difteri ini akan berkurang dari waktu ke waktu.

Imunisasi difteri diperkirakan dapat memberikan perlindungan hingga 10 tahun. Karena itulah dianjurkan suntik booster difteri sebagai penguat setiap interval 10 tahun.

Kapan orang dewasa perlu imunisasi difteri?

Idealnya, vaksin difteri untuk orang dewasa terdiri dari 3 dosis primer, yaitu 1 dosis vaksin Tdap dan 2 dosis vaksin Td. Vaksin ini hanya boleh diberikan pada usia diatas 7 tahun.

Di Indonesia vaksin Tdap/Td sudah mulai diberikan pada program imunisasi lanjutan untuk anak kelas 2 dan 5 SD, kemudian booster pada usia 18 tahun.

Namun kebanyakan orang hanya mendapat vaksin difteri hingga kelas 5 SD karena ini masih masuk dalam program pemerintah, sementara vaksin booster di usia 18 tahun belum ada programnya.

Berikut ini beberapa keadaan dimana orang dewasa membutuhkan imunisasi difteri:

1. Orang dewasa yang imunisasi dasar dan lanjutannya lengkap namun belum pernah mendapat vaksin booster Tdap, maka bisa mendapat 1 dosis vaksin Tdap berapapun usianya. Selanjutnya dianjurkan mengulang imunisasi setiap 10 tahun sekali dengan vaksin Td (booster).

2. Orang dewasa yang belum pernah diimunisasi difteri sama sekali, maka bisa diberi 3 dosis vaksin primer. Dosis pertama: Tdap, 4 minggu kemudian diberi dosis kedua: Td, dan 6-12 bulan setelahnya diberi dosis ketiga: Td. Selanjutnya dianjurkan diberikan booster Td setiap 10 tahun sekali.

3. Orang dewasa yang tidak lengkap imunisasi primer Tdap/Td nya, bisa melengkapi sisa dosis sesuai jadwal lalu dianjurkan suntik booster dengan vaksin Td setiap 10 tahun sekali.

Agar lebih mudah dipahami, simak tanya jawab berikut

Tanya: Saya tidak pernah imunisasi sama sekali, apa vaksin yang cocok untuk saya?

Jawab: 3 dosis primer Tdap/Td, yaitu:

  • Suntik pertama 1 dosis vaksin Tdap
  • 4 minggu kemudian 1 dosis vaksin Td
  • 6-12 bulan kemudian 1 dosis vaksin Td

Lalu dianjurkan suntik booster dengan vaksin Td setiap interval 10 tahun.

……..

Tanya: Imunisasi DPT saya waktu masih bayi dan anak-anak tidak lengkap, apakah perlu di ulang saat dewasa?

Jawab: Tidak. Imunisasi difteri pada orang dewasa tidak bisa dilakukan dengan vaksin DPT/DT. Anda hanya bisa melakukan imunisasi dengan vaksin Tdap atau Td.

……..

Tanya: Saya selalu ikut imunisasi hingga kelas 5 SD, apa vaksin yang cocok untuk saya?

Jawab: Jika sudah pernah mendapat vaksin Tdap sebelumnya, maka cukup imunisasi dengan vaksin Td. Namun jika belum, tidak tahu, atau ragu, maka vaksin yang dianjurkan adalah vaksin Tdap, kemudian dianjurkan suntik booster 1 dosis vaksin Td setiap interval 10 tahun.

……

Tanya: Saya pernah diimunisasi waktu kecil hingga SD, tapi tidak tahu apakah lengkap atau tidak, apa vaksin yang cocok untuk saya?

Jawab: Anda bisa melakukan imunisasi difteri dengan 1 dosis vaksin Tdap, kemudian dianjurkan suntik booster setiap interval 10 tahun. Atau bisa juga dengan 3 dosis primer Tdap/Td seperti diatas, lalu booster Td setiap 10 tahun.

……

Tanya: Imunisasi saya waktu masih bayi lengkap, namun saya tidak pernah ikut imunisasi difteri sejak masuk SD hingga sekarang. Apa vaksin yang cocok untuk saya?

Jawab: 3 dosis primer Tdap/Td seperti diatas, lalu dianjurkan suntik booster Td setiap 10 tahun.

……

Tanya: Saya tidak tahu menahu sama sekali apakah saya pernah diimunisasi atau tidak, apa vaksin yang cocok untuk saya?

Jawab: 3 dosis primer Tdap/Td seperti diatas, lalu dianjurkan suntik booster Td setiap 10 tahun.

……

Tanya: Bagian tubuh mana yang akan di suntik saat imunisasi difteri pada orang dewasa?

Jawab: Anda akan mendapat suntikan pada lengan bagian atas (otot deltoid).

…..

Disclaimer!

Materi dan ilustrasi tanya jawab ini dirangkum berdasarkan rekomendasi CDC (Centers for Disease Control and Prevention) yang sumber aslinya bisa Anda lihat di sini: http://www.immunize.org/catg.d/p2055.pdf

Artikel ini hanya ditujukan sebagai informasi umum untuk menambah wawasan dan tidak ditujukan untuk menggantikan anjuran dokter/ petugas medis.

Jika hendak melakukan imunisasi difteri, Anda tetap harus melakukan konsultasi dengan dokter/ petugas medis dan patuhi yang dianjurkan.

Mengenal vaksin Td dan Tdap untuk imunisasi difteri pada orang dewasa

Imunisasi difteri pada orang dewasa hanya bisa dilakukan dengan menggunakan vaksin Td dan Tdap, berbeda dengan vaksin yang digunakan pada imunisasi anak-anak yakni DPT dan DT.

Dimana letak perbedaannya? Apa arti dari huruf besar dan kecil dari nama vaksin tersebut?

Agar lebih mudah dalam menjawabnya, kita akan ulas satu per satu dari keempat jenis vaksin tersebut.

1. Vaksin DPT

Vaksin DPT terdiri dari 3 unsur vaksin yakni difteri (D), pertusis (P), dan tetanus (T).

Vaksin DPT hanya bisa digunakan untuk imunisasi anak yang berusia dibawah 7 tahun.

Sebenarnya ada dua jenis vaksin DPT, yakni DTwP dan DTaP. Vaksin DTwP disebut juga dengan nama Easy-five dan DTaP disebut dengan Pentaxim.

Di Indonesia, yang paling sering digunakan untuk imunisasi anak adalah vaksin DPT, yang sebenarnya merujuk pada vaksin DTwP. Vaksin ini biasa digunakan pada imunisasi dasar, imunisasi anak sekolah, dan di Posyandu atau Puskesmas.

DTwP adalah vaksin yang didalamnya terdapat toksoid difteri (D), toksoid tetanus (T), dan sel utuh bakteri pertusis (wP) yang sudah dimatikan. Huruf w adalah singkatan untuk whole yang artinya keseluruhan.

Sel utuh bakteri pertusis ini mengandung ribuan antigen didalamnya, karena itulah vaksin DTwP ini akan menimbulkan efek samping demam.

Berkat kemajuan teknologi, para ilmuan berhasil memisahkan bagian dari sel bakteri pertusis yang mengandung antigen yang diperlukan saja. Sehingga terciptalah vaksin DTaP.

Vaksin DTaP memiliki manfaat yang sama dengan DTwP namun kandungannya berbeda pada komponen antigen pertusisnya.

Huruf a pada DTaP adalah singkatan dari acellular, artinya sel bakteri yang digunakan tidak dalam bentuk satu sel utuh, melainkan bagian sel yang mengandung antigen spesifik pertusis yang benar-benar dibutuhkan.

Karena itulah vaksin DTaP tidak menimbulkan efek samping demam.

Mengapa vaksin yang paling banyak digunakan adalah DTwP (DPT)? Karena vaksin ini harganya lebih murah dan tidak perlu diimpor dari luar. Namun demikian, proteksi yang diberikan tetaplah sama dengan vaksin DTaP.

2. Vaksin DT

Vaksin DT memiliki kandungan toksoid difteri (D) dan toksoid tetanus (T) yang sama dengan vaksin DPT, bedanya vaksin DT tidak mengandung antigen pertusis.

Jadi vaksin ini hanya berfungsi untuk mencegah penyakit difteri dan tetanus. Biasanya diberikan untuk anak yang alergi terhadap antigen pertusis.

Di Indonesia vaksin ini diberikan pada program imunisasi anak sekolah, yakni kelas 1 SD.

3. Vaksin Tdap

Vaksin Tdap hanya boleh digunakan untuk anak usia 7 tahun keatas dan orang dewasa.

Vaksin Tdap mengandung komponen antigen Tetanus (T), difteri (d), dan aseluler pertusis (ap).

Perbedaan vaksin Tdap dengan DTwP, DTaP, dan DT terletak pada jumlah/ kadar antigen difteri dan pertusis yang ada di dalamnya.

Itulah maksud dari penulisan huruf besar dan kecil pada nama vaksin, huruf kecil “d” artinya vaksin Tdap memiliki kadar antigen/toksoid difteri yang lebih rendah bila dibandingkan dengan antigen difteri (D) pada vaksin DPT/DT.

Sama halnya dengan huruf kecil “p” yang artinya vaksin Tdap memiliki antigen pertusis yang lebih rendah.

4. Vaksin Td

Vaksin Td mengandung antigen tetanus (T) dan difteri (d) yang sama dengan vaksin Tdap, bedanya vaksin Td tidak mengandung antigen pertusis.

Vaksin Td biasanya digunakan sebagai vaksin booster atau penguat.

Keadaan dimana orang dewasa tidak bisa diberikan imunisasi difteri atau boleh ditunda

Berikut ini beberapa keadaan yang menyebabkan orang dewasa tidak bisa melakukan imunisasi difteri atau boleh ditunda:

1. Sakit berat dan akut

2. Demam tinggi

3. Mengalami gangguan sistem imun berat

4. Mengalami gangguan saraf berat

5. Memiliki riwayat alergi serius pada imunisasi difteri sebelumnya

Harga vaksin difteri untuk orang dewasa

Imunisasi difteri untuk orang dewasa dengan vaksin Tdap/Td di klinik harganya berkisar antara 300-500 ribu rupiah.

Saat ini pemerintah sedang melakukan program ORI (Outbreak Response Immunization) untuk mengatasi KLB difteri, jadi vaksin difteri untuk orang dewasa bisa didapatkan secara gratis untuk mereka yang bertempat tinggal di daerah outbreak/wabah.

Efek samping imunisasi difteri pada orang dewasa

Efek samping imunisasi difteri pada orang dewasa dengan vaksin Tdap/Td umumnya bersifat ringan, serperti:

  • Rasa nyeri, bengkak, atau kaku pada lengan yang disuntik

  • Demam

  • Pusing

  • Badan terasa lemas

Efek samping ini akan hilang dengan sendirinya setelah 2-3 hari.

Bagikan artikel ini jika dirasa bermanfaat. Sharing is caring!

About Annisa Aprilia

Kontributor di situs caramanjur.com, hobi menulis dan jalan-jalan. Belum jadi dokter, tapi hobi menulis seputar kesehatan, kecantikan, dan gaya hidup. Jika ingin chating-chating atau bertanya, silakan komentar atau kontak lewat akun sosmed di bawah.

Check Also

apa itu suspect difteri

Suspect Difteri: Pengertian Dan Cara Penanganannya

Apa itu suspect difteri? Suspect difteri adalah orang atau sekelompok orang yang dicurigai terjangkit penyakit …